Senin, 27 Mei 2013

Nisnas (Oneshoot)


Title    : Nisnas
Genre : Full Of Mysterious and History
Rating : General

---------
The least but not last, cerita ini hanya sekedar FIKTIF BELAKA
 --------------


         “Konon, telah ada sebuah peradaban maju sebelum diturunkannya Adam. Sebuah zaman dimana manusia telah mengenal arsitektur modern dan memiliki pemikiran lebih maju dibanding peradaban abad 22. Hingga akhirnya sebuah bencana datang menghancurkan segalanya. Peradaban itu berada dikota Sbetzbergen, sebuah kota yang terletak tepat didaerah lingkar kutub, telah banyak peneliti yang pergi kekota itu untuk sekedar mendalami penemuan ini namun lama kelamaan mereka tak pernah kembali lagi”Janelyn Wymber terpongah saat membaca sebuah berita dari sebuah surat kabar Newyork Times. Sorot matanya sedikit melebar, antara terkejut sekaligus tak percaya. Kekhawatiran dibenaknya semakin menjadi-jadi. Astaga, berita ini memang begitu mencenggangkan dunia tak heran kenapa banyak para peneliti yang berusaha untuk mengungkap tabir misterius kali ini bahkan lebih mengejutkan dibanding pernyataan tentang adanya Negara Atlantis yang disampaikan Plato.

         “kau sudah membacanya? Well, memang sulit dipercaya. Entah itu benar atau sekedar rekayasa belaka. Karena sampai saat ini belum ada satupun penemu yang mampu membuktikannya secara ilmiah. Kota Sbetzbergen adalah sebuah kota yang ekstrem, kota itu tepat berada dilingkar kutub dengan suhu begitu jauh dari rata-rata bahkan aku yakin para peneliti mungkin mati menjadi patung membeku disana selain itu kota Sbetzbergen juga begitu gelap. Kota itu hanya diterangi matahari sebulan dalam setahun, selebihnya tentu saja gelap mencekam”Suara Charlotte membahana, pria dengan sorot mata kelabu terang. Pria itu duduk menyandarkan punggungnya disandaran kursi menikmati perapian panas diRossings. Musim dingin memang telah datang beberapa minggu yang lalu, dan dengan terpaksa membuatnya mengharuskan untuk menyiapkan beberapa ranting untuk sekedar menghangatkan tubuh mereka didalam rumah. Janelyn terpaku, Jane memutar manik matanya melihat kekobaran bara api dengan warna merah menyala. Uap hangat begitu terasa menghangatkan tubuhnya kali ini. Demi tuhan, Jane begitu penasaran. Janelyn Wymber adalah salah satu siswa Euxchate University dibidang sejarah—Jadi tidak heran kenapa ia begitu tertarik dengan segala bentuk sejarah dunia. Termasuk berita yang ia dengar kali ini.

         “Oh iya, asal kau tahu saja. Katanya menurut berita yang aku dengar. Peradaban itu disebut bangsa nisnas dimana para manusia telah mengenal arsiterktur modern ribuan tahun silam jauh sebelum Adam diturunkan dunia, mereka telah mengenal bagaimana mengasah pedang perunggu dengan tajam bahkan mereka sudah mempunyai kemampuan untuk mengirim satelit keluar bumi dan mereka mempunyai pemikiran yang luar biasa cerdas dibandingkan pemikiran orang peradaban sekarang namun karena mereka mempunyai sikap yang ceroboh dan takabur sebuah bencana datang menghancurkan segalanya”Tegas Charlotte, pria itu tampaknya begitu tahu seluk beluk berita kali ini. Jane mendengarkan saksama dengan sirat wajah penuh akan ekspresi penasaran. Bahkan ia sama sekali tak berkedip agar tak terlewati salah satu cerita yang terdengar dari Charlotte, kelopak matanya sedikit pedih dan memanas.

         “Kalau memang peradaban itu telah musnah, aku yakin masih ada beberapa artefak yang dapat ditemukan disana.. aku yakin itu, masih ada sisa peradaban dari mereka. Kau bilang, jika peradaban mereka maju? Nah kita bisa melihat bagaimana majunya peradaban itu dengan artefak yang masih tertinggal dikota Sbetzbergen”Jane tampak berargumentasi, gadis ini adalah tipekal gadis dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa penasaran tampak berkecamuk sekedar melintas dibenaknya. Charlotte mengangguk setuju.

         “Tapi sampai sekarang sama sekali belum ada peneliti yang berhasil kembali sepulang dari sana, mereka semua hilang tanpa jejak”Tegas Charlotte tampak sedikit kecewa “kukira, Amerika harus membuat sedikit perubahan. Mungkin mengirimkan roket atau radar peneliti kekutub sana”

         “Roket? Memangnya kau pikir kota itu berada diluar angkasa? Tentu saja tidak bisa dan tidak akan mungkin menggunakan roket. Dan lebih gila lagi jika menggunakan radar, mereka pasti tidak akan bisa mendeteksi karena suhu kutub mampu membuat radar mati ditempat bahkan membeku”Jane tampak tak setuju atas pernyataan konyol dari Charlotte, pria itu sedikit tertawa geli. “Mungkin jika Albert Einstein, Thomas Alfa Edison dan berbagai ilmuan dunia masih hidup mereka pasti mampu mewujudkan semua itu”Charlotte masih terus berkomentar yang sebenarnya sama sekali tak masuk akal bahkan terdengar luar biasa konyol. Jane meringis.

         “kau bilang tadi kota Sbetzbergen akan diterangi cahaya matahari sebulan sekali bukan? Dan kita bisa menggunakan waktu itu untuk pergi kesana, otomatis peluang kita untuk meneliti jauh lebih besar”Jane memutar matanya seraya menatap Charlotte dalam jeda yang lama. Pria itu tertohok geli lantas menggeleng keras. Oh ini jauh lebih gila dari pernyataannya barusan, itu semua ide yang buruk mengingat mereka hanya sekedar mahasiswa sejarah belaka bukan peneliti hebat.

         “Kita tidak mempunyai modal apa-apa untuk pergi kesana, kita tidak mempunyai teknologi yang memadai untuk berangkat kelingkar kutub. Peneliti dunia saja tidak berhasil. Apalagi dengan kita? Jangan konyol Jane!”Charlotte berkata lugas. Lebih mirip seperti meremehkan, Charlotte memang lebih cepat pesimis dibanding optimis. Sebuah perangai dan tabiat yang cukup buruk bahkan begitu tabu untuk dipelihara.

         “Jangan harap kau bisa maju jika memiliki sifat seperti itu”Dengkur Jane sedikit kesal. Gadis itu mendengus kecewa, Charlotte menyipitkan kelopak matanya lantas kembali memutar kepala kedepan menikmati deburan api yang membakar habis ranting kayu. Suara gemeletak dan abu yang menghitam tampak bertaburan halus dibagian bawahnya.
****
         “Aku izin pergi ke Kota Sbtezbergen pagi ini, mengingat disana sedang berada dicuaca cerah. Matahari bersinar bulan ini disana—aku akan menikmati cuaca ini dengan baik. Dibanding aku diam dirumah mati penasaran tentang peradaban Nisnas. Bukankah jauh lebih baik untuk pergi berlibur dimusim dingin?                                                                                                                        
                                                                                                                                                                 Warm Regards, Janelyn Wymber” Charlotte ternganga hebat sewaktu dirinya mendapati sepucuk surat pink pucat bertengger dengan manisnya diatas meja makan lengkap dengan sepotong sandwich dan segelas susu hangat. Kontan dilipat surat itu dengan raut akan kegelisahan yang nyata. “Jane gila! Sudah kubilang jangan pergi, dasar keras kepala”Umpatnya melampiaskan perasaan geram. Dengan gerakan sedikit tergesa-gesa, alih-alih Charlotte langsung mengenakan mantel tebalnya lantas pergi keluar seraya membawa sebuah stik baseball. Tak jelas apa tujuannya membawa benda itu, mustahil dia akan melakukan olahraga baseball ditengah salju yang turun seperti hari ini; mungkin saja hanya sekedar berjaga-jaga untuk menjauhkan dirinya dari jeratan maling tak tahu diri.

         Charlotte Lucas menutup gerbang rumahnya secepat mungkin kemudian mulai berlari kencang melewati gerimis salju. “Jane, ya tuhan nyalimu besar sekali!”tegas Charlotte mengerang nyeri. Adik perempuannya itu memang sedikit sinting bahkan lebih sulit dijabarkan dari sekedar kata sinting. Mungkin jika ia mempunyai ilmu sihir seperti macamnya Harry Potter ia akan mengubah Jane menjadi seekor kecoak kecil menjijikan.
“kalau sampai ayah tahu, dia pasti akan mencincang tubuhku habis-habisan”Dengusnya malang, Charlotte sebagai satu-satunya kakak dari Jane tentu mempunyai tanggung jawab besar akan keselamatan Janelyn. Mengingat kedua orangtuanya kini sedang pergi keNetherfiels untuk menjenguk omma dan oppa mereka yang kini sedang dalam keadaan tidak sehat.

         “Charlotte Lucas!”Teriakan sopran bening membahana, Charlotte dengan perasaan nano-nano kontan memutar kepala dan melihat sosok Janelyn melambaikan tangannya dari kejauhan. Pria itu mendengus kesal, antara geram dan sebal. “Kau mencariku? Aku disini!”teriaknya mengalahkan suara gemuruh salju yang turun menghantam bumi, pria itu menatap sorot wajah Janelyn dari balik tirai-tirai kapas yang masih tetap bertahan meluncur indah. Charlotte kemudian berlari kencang, menghampiri tempat Jane berdiri saat ini. Gadis itu berdiri tak jauh dari pekarangan rumah, disebelah sebuah telepon umum. Entah apa yang ia lakukan saat itu.

         “Jane! Jangan membuat jantungku copot.. sekarang cepat pulang, lupakan tentang kemauan mustahilmu itu”Charlotte lebih menyerupai menggertak dibanding berkata halus, suara derak sepatunya terdengar jelas. Janelyn menggeleng cepat saat jemari Charlotte yang dilapis sarung tangan tebal tampak mengenggam lengannya kuat.

         “Aku tidak mau! Aku ingin ke Sbetzbergen sekarang.. aku mendapat berita bahwa kota itu sedang berada dicuaca panas, ini kesempatan kita Charlotte! Ini peluang yang besar”Jane berbicara seolah-olah ia sedang ingin mendapatkan sebuah harta karun dengan batangan emas yang berlimpah, sorot mata kehijauan gelapnya tampak berpijar ditengah dinginnya salju. Charlotte mendengus tak peduli.

         “memangnya kau mempunyai modal apa sehingga membuatmu berani dan yakin untuk bisa berangkat kesana?”Charlotte menyampaikan dengan mimik wajah sok meremehkan. Jane meletakkan tangannya didepan dada kemudian menepuknya perlahan beberapa kali “Aku punya keinginan, niat dan tekad yang kuat”Kukuhnya penuh penegasan. Charlotte kembali mengerang seandainya saja mereka tidak berhasil bagaimana jadinya? Ya tuhan, tidak bisa dibayangkan mereka menjadi patung beku dilingkar kutub. Itu mengerikan. “aku tidak ingin mati disana—aku mempunyai keinginan serta mimpi menikah dengan Lady Dorgh sebelum aku mati”

         “Well, kalau begitu aku bisa pergi sekarang dan kau bisa mendapat cap kakak tak bertanggung jawab nantinya!”Dengkur Jane seolah penuh keyakinan seolah-olah yakin ia akan berhasil menaklukkan semuanya dengan skor sempurna. Well, kota Sbetzbergen bukanlah kota dengan keindahan dan gemerlapan dunia yang serba enak seperti macamnya Paris atau Texas. Janelyn kontan berbalik merapatkan jaket tebal berbulu putihnya dengan erat kemudian kembali berjalan dengan gaya anggun, tapi bukan berarti anggun seperti model Catwalk contohnya. Charlotte menggeleng kesal lantas dengan teramat terpaksa mengekor mengikuti langkah Jane. Gadis bermata hijau gelap itu menarik senyum kecil kemudian makin melangkah penuh kepastian.
****
          Janelyn dan Charlotte tampak mengamati gerakan kompas magnet ditangan kecil Jane, mengamati gerak jarum yang bergerak—itulah petunjuk mereka. Petunjuk dan salah satu cara terbesar untuk dapat menyentuh kota Sbetzbergen. Rasa takut sama sekali tak menyorotkan sedikitpun semangat Jane, ia tetap keukeh untuk melanjutkan semuanya karena memang keinginan teguhnya hanya satu. Tentu saja untuk menemukan artefak dan meneliti tengan peradaban nisnas yang mampu menarik seluruh perhatiannya kali ini. “Sbetzbergen, berada disebelah utara kutub dan kau tahu tidak kita hampir sampai!”Jane kentara sedikit memekik kencang. Setidaknya mereka hampir sampai walaupun belum diketahui secara pasti apakah mereka akan berhasil atau tidak kembali kerumah mereka untuk selamanya? Disaat para teman-teman lainnya menikmati musim dingin dengan menyesap caffucino hangat ditemani roti bakar panas lain halnya dengan Janelyn dan Charlotte Lucas. Mereka lebih memilih menikmati liburan musim dingin dengan berpetualang ke Sbetzbergen. Sorot mata Jane kontan sedikit meredup saat melihat spektrum cahaya kuat menghantam kelopak matanya, gadis itu menengadah dengan sedikit menyipitkan matanya.

         Tampak sekali matahari dengan jelas terlihat begitu besar seperti goa yang bersinar. Seolah-olah berdiri menghadang dihadapan mereka dan satu lagi yang tampak menarik, ada aurora borealis melingkar dilangit kemerahan kali ini. Astaga, fenomena langka. Bagaimana mungkin langit berubah warna menjadi kemerahan menyala? Nyaris tak bisa dipercaya. Charlotte berjalan makin dalam, mungkin kini mereka sudah berada tepat didaerah kutub bahkan sudah berada didaerah lingkar kutub dengan suhu yang lumayan cerah. Tampak es dan salju tampak meleleh dan mencair. “sepertinya disinilah kota Sbetzbergen..”Desis Jane kentara memutar kepalanya kanan kiri mengetahui begitu sunyi tempat ini. Charlotte melenguh kemudian dengan teramat terpaksa mengangguk kecil. Sorot mata Jane kemudian tampak beralih kesesuatu yang membuatnya tampak terkejut. Deretan patung-patung pahatan yang terbuat dari es membeku. Patung yang menyerupai Ganessa, manusia berbadan gajah, patung dengan badan manusia dan berkepala burung. Janelyn tampak menyipitkan matanya kemudian jemarinya kini mulai menyentuh permukaan patung dengan penuh kehati-hatian, pahatan tersebut begitu sempurna bahkan nyaris luar biasa sempurna dengan teknik pemahatan jauh lebih indah dibanding pemahat terkenal peradaban sekarang.

         “Charlotte! Lihat, mereka kah makhluk nisnas?”Tanya Jane beralih, Charlotte mengeleng keras. Masih dikuasai perasaan tak percaya. Well, ternyata perjalanan mereka tidak begitu sia-sia karena pada faktanya saat ini mereka tengah menemukan artefak luar biasa indah dan elegan, dengan seni bahkan kualitas pahatan yang begitu bermutu. Charlotte mengeluarkan handphone yang sejak pertama kali ia letakkan disisi kiri kantung jaket kemudian memotretnya sebagai bukti—bukti yang mungkin akan mengejutkan penelitian dunia. “kita lanjutkan kesana”Tegas Charlotte dengan nada makin penasaran. Astaga, tanpa dikira Charlotte kini mulai terlarut dalam perasaan penasaran yang membuncah. Janelyn mengekor tampak meneliti satu persatu patung kemudian kembali mencari artefak lainnya yang setidaknya masih tersisa. Ternyata hipotesa Jane mengandung kebenaran, pasti masih ada benda-benda tersisa dan dapat digunakan sebagai bukti kuat untuk membuktikan adanya peradaban Nisnas.

          “Oh! Jane!”Charlotte tampak begitu ternganga. Pria itu berhenti berpijak kemudian mendongkak seiring dengan melihat sebuah kuil megah dengan ukiran terukir indah disisi setiap bangun ruangannya. Ada yang tak asing dimata mereka, ukiran itu terbentuk seperti pahatan burung garuda dan bentuk-bentuk naga. Mungkinkah mereka adalah penghuni bangsa Nisnas? Detik berikutnya tiba-tiba pintu kuil yang megah terbuka sendirinya, seolah-olah itu adalah pintu kayu otomatis. Charlotte tergerak mengangkat alis, sedikit terkejut. Dari pandangan mereka kini mulai terlihat bagian dalam kuil megah dimana banyak lemari besar serta merta dengan ribuan pedang perunggu didalamnya. Janelyn melangkah masuk begitu juga dengan Charlote dan bersamaan dengan hal itu pintu kembali tertutup, namun mereka sama sekali tak peduli bahkan berjalan lebih dalam lagi.
 
         “Kau pasti ingin mencari tahu semua tentang peradaban kami, bukan?”suara bass menyeruak membelah pendengaran mereka, Janelyn tampak terkejut kemudian memutar balik tubuhnya begitu juga dengan Charlotte dan melihat seraut wajah dengan sorot mata keemasan indah tampak mengamati dirinya teliti, namun sorot mata itu penuh akan kelembutan dan keteduhan sekalipun masih terlihat sedikit angkuh. Sirat wajah sempurna begitu tergambar jelas, Jane sedikit terpongah. Ia tampak seperti dirinya, berwujud manusia. Yeah sama-sama berwujud manusia dan menapakkan kakinya dibumi. Pria itu berjalan mendekat.

         “belum puaskah kalian melihat peradaban kami telah hancur bahkan nyaris punah”Tegas suara itu mendekat dengan jubah hitam gelap menyelimuti seluruh tubuhnya, ada aura pucat memutih yang begitu tergambarkan disudut wajahnya. Janelyn tampak tak mengerti seperti halnya dengan Charlotte Lucas. “maafkan kami, jika kami begitu lancang untuk melangkahkan kaki kami disini tapi setidaknya izinkan kami berdua untuk meneliti sekaligus mengetahui tentang peradabaan nisnas”tegas Charlotte berkata gentar tampak sedikit keraguan namun sekuat tenaga ia berusaha mengusir perasaan itu, pria itu berekspresi hambar. “Aku Justin Bieber, aku salah satu sosok yang masih tersisa dari peradaban Nisnas”Jelas Justin jelas, dengan suara yang tegas sekaligus bijaksana. Charlotte mendengarkan dengan saksama penuh perhatian penuh lebih dari biasanya.

         “Lalu kenapa hanya kau yang tersisa? Dimana sosok-sosok lainnya? Apakah sosok itu seperti halnya patung yang aku temukan didepan kuil?”
         “yeah, kami semua bukan sepenuhnya manusia.. peradaban nisnas adalah sebuah peradaban dimana dunia dihuni oleh para jin setengah badan hewan yang terkadang bisa berubah wujud menjadi manusia tapi bukan berarti kami manusia .. peradaban nisnas dikenal sebagai peradaban yang maju, dimana kami sudah begitu menguasai teknik memahat, menulis, membuat perunggu dengan teramat sempurna”jelas Justin Bieber lugas kemudian kembali melanjutkan, setiap katanya penuh akan nada penegasan dengan garis wajah nyaris mengagumkan. “Peradaban nisnas lahir dengan telepati yang luar biasa, kecerdasan diambang batas hingga mampu membuat kota dan bangunan yang megah dan besar. Membuat bahan-bahan nuklir bahkan kami mampu membuat satelit luar angkasa.. namun kami semua begitu angkuh dan congkak, saling berperang sesama saudara. Kami menyalahgunakan kemampuan dengan saling menindas kaum yang lemah hingga bumi begitu hancur lebur dan semua makhluk melupakan tugasnya sebagai khalifah dibumi”Justin menarik nafas panjang, aroma tubunya seperti daun sirih nyaris tercium diseluruh ruangan menodai seluruh udara yang terhirup. Kemudian Justin Bieber kembali menambahkan dengan teramat jelas. “Hingga akhirnya Tuhan murka, tuhan mengirimkan pasukan langit malaikat yang dipimpin oleh Azaziel serta burung neraka yang sering disebut Phoenix. Kami panik begitu mengetahui akan hal itu, rasa congkak dan takabur dalam sedetik berubah menjadi penyesalan—namun semua sia-sia belaka, Azaziel memusnahkan bangsa Nisnas dalam sekali hentakan tangan dan menggantikannya dengan khalifah baru yaitu Adam”tampak sekali raut dan mimik wajahnya memperlihatkan sisi yang mengeruh, seperti air danau.

         “Namun ada pula sebagian dari kami yang berhasil melarikan diri, sebagian itu pergi kedasar laut yang zaman sekarang dikenal sebagai putri duyung. Disana mereka berjanji untuk kembali membangun kota megah nan besar yang dikenal sebagai Atlantis, dan tujuan mereka berhasil bahkan semakin maju dengan membuat berbagai Lemuria, melakukan perjalanan antara galaksi, membuat peralatan perang dan lain macamnya namun lagi-lagi hal yang semula terjadi kembali terulang untuk kedua kali. Dan akhirnya kembali hancurlah sesuatu yang megah itu. Namun bukan berarti mereka sepenuhnya punah hanya saja mereka tidak tinggal dibumi, mereka pergi meninggalkan planet ini dan lebih memilih melarikan diri ke luar angkasa. Dan kini sesekali mereka tampak pergi untuk mengunjungi aku disini, merekalah yang kini sering kalian sebut sebagai makhluk UFO”Janelyn tampak mengerjap tak percaya, begitu sulit untuk dijabarkan dengan sekedar kata-kata. Ini begitu mengagumkan dan nyaris tak bisa diterima akal sehat. Astaga, penelitian mereka nyaris berhasil dan terpecahkan segalanya.

         “dan jika kau ingin tahu sebenarnya makhluk Nisnas juga yang menurunkan ilmu mereka terhadap bangsa Mesir dengan menurunkan tulisan Hierogylph, piramida, Spynx dan berbagai ilmu kedokteran. Bahkan bangsa nisnas juga yang menjadi dalang pemicu terjadinya perang Mahabrata”Justin Bieber kembali menjelaskan, tanpa bisa dipungkiri lagi sorot wajah Janelyn tampak terkagum-kagum. Adakah hal lain yang jauh lebih mengejutkan dibanding penemuan yang ia temukan kali ini? Asal usul dari Atlantis sekaligus peradaban Nisnas yang tengah menjadi buah bibir pembicaraan masyarakat seluruh belahan dunia.

         “beberapa dari kami, justru dianggap dewa oleh beberapa manusia. Seperti Zeus atau Olympians”Charlotte sama halnya dengan Jane, bahkan justru lebih tercengang. Pikiran yang bermakna kabur hilang dalam sekejap. Pria itu menatap saksama Justin Bieber. Detik berikutnya tiba-tiba sesosok itu bangkit dari kursinya semula kemudian melirik seraut wajha Charlotte Lucas dan Janely bergantian, tiba-tiba sebuah sayap yang membentang lebar dengan tajam penuh sisik seperti sisik ular dan buaya tampak mengagumkan didepan mata. Sayap itu memanjang keluar dari sisi punggung Justin.

         “Inilah sosokku yang sesungguhnya, aku manusia setengah garuda”Tegas justin lantang namun terkesan penuh akan kelembutan dan kewibawaaan yang tak bisa dipungkiri. Charlotte tampak ternganga, Jane menggeleng tanpa mengedipkan mata. “Sekarang kembalilah kalian, bawa sebuah pedang dari kuil ini sebagai bukti artefak dari kami .. karena beberapa jam lagi peradaban kami akan benar-benar musnah”Janelyn tampak begitu tak mengerti, dahinya berkerut dengan alis kiri sedikit tergerak.

         “Aku akan mengikuti jejak makhluk Nisnas untuk melarikan diri keluar angkasa”
         “Bolehkah kami mengabadikan dirimu?”Tanya Charlotte tergerak, seulas senyum bersampir kelewat manis dibibirnya kemudian mengangguk penuh akan kesopanan dan tata krama. Charlotte mengeluarkan handphonenya kemudian memotret dan mengabadikan beberapa kali sosok Justin Bieber yang dengan gagah membentangkan sayap lebarnya yang perkasa. “Terimakasih, untuk waktumu kali ini .. aku akan kembali kebumi. Yeah, kami berhasil meneliti penelitian kali ini”

         “bawalah sebuah pedang dari sini sebagai artefak yang akan kalian tunjukkan kepada dunia”Justin Bieber berbicara dengan sorot mata keemasan berpijar penuh akan keindahan, ia tampak menawan sekaligus mengagumkan. Bahkan dari sosoknya bisa dibayangkan bahwa sesungguhnya makhluk Nisnas sama sekali tidak angkuh atau terkesan mistis dan jahat. Makhluk Nisnas pastilah makhluk yang ramah dan bertata krama seperti halnya Justin.

         “Cepat pergi.. sekarang juga”

Charlotte dan Janely dengan tersaruk bangkit dari posisi mereka yang duduk kemudian berdiri mengambil pedang panjang nyaris menyerupai samurai ditembok kiri kuil, dengan gerakan teramat tergesa-gesa Charlotte berlari keluar dari kuil. Begitu halnya dengan Janelyn. Pintu kuil terbuka, keduanya langsung melangkah keluar—Janelyn sempat bertatapan dengan sorot mata keemasan milik Justin Bieber dan tampak sekali sosok itu tersenyum dengan sirat keteduhan. “Janelyn! Yeah, we did it!”

*****


         “Apa kesan yang anda dapatkan selama berada di Sbetzbergen? Apakah makhluk itu jahat dan menyeramkan?”Janelyn baru saja diwawancara disebuah acara televisi dunia, menampilkan penemuan hebatnya yang dengan teramat berani meneliti peradaban Nisnas. Gadis itu tersenyum dengan sirat wajah penuh rasa bangga. Yeah, tentu saja ia merasa begitu bangga sekaligus puas telah melakukan penelitian kali ini dengan hasil nyaris sempurna. Diceritakan pengalamannya itu dengan jelas dan singkat, semua bagian yang ia dapatkan secara detail menyeluruh, sekaligus ada sebuah pelajaran yang mampu ia petik dari hal itu. Hasil yang mereka dapatkan kini disimpan menjadi penemuan dunia, bukti sejarah yang disimpan didalam Chapel Swedia, pedang dengan teknik ukir sempurna dan mumpuni sekaligus foto-foto tentang patung, kuil megah sekaligus sosok makhluk Nisnas yang tampan dengan sayap perkasa dibelakang punggungnya.




--------------
Sebenernya nih, Nisnas masih jadi perbincangan didunia. Masih diteliti dan dicari bukti-bukti artefaknya sama peneliti luar. Dan katanya juga peradaban Nisnas itu peradaban pertama kali sebelum adanya adam, tapi mereka bukan manusia. Mereka itu Jin setengah manusia, kaya siluman gitu contohnya.
Tapi jangan dianggap asli ya, ini cuman fiktif. Cerita sekedar imajinasi & Khayalan belaka.
join with my twitter : https://twitter.com/comeput_soon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar